Sunday, January 15, 2012

Rumah Baru Racunfilm!


Racunfilm punya rumah baru!! Klik gambar dibawah ini untuk menuju rumah baru
Mulai sekarang yang dikunjungin rumah baru aja ya :)

Read More >>

Tuesday, January 3, 2012

Racunfilm: Top 10 Movie Posters of 2011


Selain trailer, sebuah tolak ukur bagus atau tidaknya sebuah film juga dinilai dari posternya. Meski tidak mutlak menggambarkan sebuah film,s eringkali poster menjadi pelecut ekspektasi kita terhadap suatu film. Tentu beragan cara sebuah film menggambarkan sebuah film itu sendiri kedalam suatu poster. Entah ada yang bersifat simple, mungkin elegan, atau mungkin menggabungkan keduanya, ya, banyak sekali cara seorang perancang poster merancang poster karyanya. Tentunya sebuah film bagus juga harus memiliki poster yang bagus juga bukan? Yak! inilah 10 poster terbaik di tahun 2011 versi Racunfilm:
Read More >>

Review: A Separation (2011)


Aghar Farhadi adalah satu-satunya sutradara Iran yang saya kenal. 2 tahun lalu dengan gebrakannya membuat film tentang masalah kekeluargaan di Iran berjudul About Elly, hingga puncaknya About Elly merajai festival-festival tingkat Asia bahkan berhasil menjadikan Aghar Farhadi sebagai sutradara terbaik di Berlin Film Festival. Sebetulnya tidak perlu di ragukan lagi bagaimana Asghar Farhadi menggarap sebuah film, dengan dirinya menjadi sutradara terbaik di sebuah festival, yang bisa dibilang salah satu festival film terbesar di dunia itu sudah jadi nilai positif tersendiri. Farhadi memang terkenal dengan keberaniaannya, hampir pada setiap filmnya ia menunjukan keberanian yang sama, bahkan tak jarang pemerintah Iran menegurnya. Entah itu keberanian dalam mengangkat suatu tema ataupun pembawaan tema itu sendiri, Farhadi selalu memiliki cara tersendiri, cara yang berbeda dari film timur tengah lainnya dalam membawakan filmnya.

A Separation dibuka dengan adegan dimana rumah tangga Nader (Peyman Moaadi) dan Simin (Leila Hatami), yang berada di ambang perceraian. Ya, dialog-dialog tajam yang mengisi ruang pengadilan menjadi pembuka film ini. Alasan Nader dan Simin bercerai sebenarnya adalah Simin yang menginginkan mereka pindah agar putrinya, Termeh (Sarina Farhad), dapat tinggal di tempat yang lebih layak. Sayangnya, niat tersebut tidak disetujui oleh Nader yang ingin tetap tinggal demi menjaga ayahnya yang menderita Alzheimer. Namun kenyataannya pengadilan tidak akan mewujudkan keinginan keduanya untuk bercerai karena alasa bercerai yang tidak semestinya. Perbedaan pendapat membuat mereka berpisah untuk sementara Simin terpasa meninggalkan Termeh dan Nader kerumah orang tuanya. Sepeninggal Simin, karena Nader adalah seorang pekerja yang otomatis tidak bisa menjaga ayahnya saat ia bekerja, juga Termeh yang masih duduk di bangku kelas 6 SD. Nader memutuskan menyewa pengasuh untuk ayahnya, Razieh (Bayat). Tak akan ada yang mengira kalau kehadiran Razieh di sini justru akan menghapuskan konflik antara Nader dan Simin. Farhadi sukses menghipnotis penonton dengan sebuah konflik baru yang memiliki efek yang sangat besar antara Nader dan Razieh.


Saya memang tidak memiliki pengalaman banyak ketika menonton film timur tengah, tapi setiap menontonnya ada satu hal yang selalu membuat saya malas menonton film timur tengah: durasi yang terlalu panjang. Ya, seringkali film-film timur tengah tidak memperhatikan hal tersebut, dengan intensitas cerita yang tidak seberapa namun di garap dengan durasi yang begitu panjang. Untuk penonton mudah yang berubah mood seperti saya, jelas ini sangat amat merugikan, bukan hanya bosan saat menyaksikannya bahkan yang paling fatal adalah saya tertidur saat menontonnya. Ya, lupakan kebiasaan saya ketika menonton film timur tengah karena faktanya A Separation memang telah membalikan fakta-fakta yang sudah saya jabarkan diatas. A Separation sama sekali bukan film yang di garap dengan intensitas cerita yang tida seberapa, meski dengan durasi yang relatif panjang namun itu tidak jadi masalah, karena sepanjang film kita akan terus dan terus di suguhkan konflik yang setiap detiknya mampu mengikut sertakan emosi kita kedalamnya. Seperti yang udah gw jabarin di paragraf satu, Farhadi memang terkenal akan keberaniannya, dan di A Separation ini kita kembali di pertujunkan dengan keberaniannya menggali sebuah konflik yang di isi oleh karakter yang tidak kalah dalam di galinya. Farhadi sama sekali tidak sungkan ketika harus menduetkan agama yang memang sudah menjadi ciri film timur tengah dengan rumitnya masalah yang terjabar di skenario yang ia tulis sendiri.

Dengan konflik yang sebegitu rumit tentu akan sulit membagi porsi antar karakter agar kualitas cerita dapat tergambar dengan jelas, namun Farhadi sudah berhasil melakukannya, dengan dialog yang di kemas mudah di cerna namun sesekali membekas di batin. Farhadi memang terus menjak penonton menyelami karakter-karakter di filmnya sedalam mungkin. Bahkan hingga hampir mencapai klimaks Farhadi tak henti-hentinya secara tidak langsung memperdalam karakter-karakter di filmnya. Efeknya meski kita sudah hampir bisa memastikan bagaimana film ini akan berakhir, tapi kita bisa tetap hanyut dalam euforia yang di bangun Farhadi. Euforia dramatis yang di balut sinematografi cantik khas dirinya.


A Separation memang bukan tipe film yang di dramatisir oleh larutan adegan yang di iringi scoring melankolis sehingga membuat penonton ikut terbawa suasana hingga akhirnya merasa sedih. A Separation justru tidak melibatkan hal-hal diatas, A Separation sama sekali tidak di isi adegan-adegan larut dalam kesedihan, begitu juga scoring, hampir tidak ada scoring yang menonjol di film ini. Tapi Farhadi membuktikan meski tanpa embel-embel tersebut dirinya mampu membawa A Separation kembali bersaing di ranah internasional, seperti yang ia lakukan 2 tahun lalu terhadap About Elly. Well, perlu di akui, meski sudah di hantui ekspektasi yang begitu besar karena review positif dari teman-teman yang lain tapi A Separation mampu membayar itu semua bahkan melebihi apa yang saya mau, A Separation adalah drama dengan cerita simpel dikemas biasa namun dengan efek yang luar biasa.


Read More >>

Saturday, December 31, 2011

Racunfilm: So far.. This is The Best 20 Movies of 2011 (Part 2)

10. The Ides of March | George Clooney
 
The Ides of March juga cenderung mempertunjukan tata sinematografi yang elegan, memperlihatkan sisi glamour dari politik Amerika. The Ides of March memang tidak mutlak berbicara tentang kesuksesan seorang juru kampanye junior dalam mensukseskan calon presiden Amerika, tapi lebih ke polemik internal dalam kesuksesan itu sendiri. Yes, meski The Ides of March belum terlalu bisa naklukin hati gw lewat eksekusi cerita, tapi untuk ketiga kalinya Gosling kembali bisa naklukin hati gw dengan kini menjadi seorang politikus naif di The Ides of March.
9. 50/50 | Jonathan Levine
 Enggak tau kenapa film ini 'ngena' banget di gw, bener-bener spesial ngeliat Jonathan Levine menyampaikan perjuangan seseorang menghadapi kangker, tanpa perlu embel-embel mewek dan sebagainya 50/50 sudah bisa dengan baik menyentuh hati penontonnya. Dan Gordon-Levitt, anda layak menemani Gosling sebagai aktor terbaik tahun ini, setiap senyum yang di lontarkan Levitt menimbulkan emosi tersendiri buat penontonnya (terutama gw) #eh haha lebay ah.

8. Moneyball | Bennett Miller
 
Moneyball adalah kombinasi spesial antara drama drama dan olahraga, diarahkan oleh Bannett Miller dan dibintangi oleh Brad Pitt.Tidak perlu mengerti baseball untuk menikmati film ini, karena percayalah Miller akan menuntun kita sedikit demi sedikit ke puncak dengan rentetan skenario yang setiap detiknya mampu memainkan emosi penonton. Kadar antara drama dan olahraga yang seimbang, tidak heran film ini meraih 4 nominasi Golden Globe.

7. Sang Penari | Ifa Isfansyah
Tak lain dan tak bukan the best Indonesian movie this year, The Dancer atau lebih dikenal secara nasional dengan Sang Penari. Film yang sukses menggondol 4 Piala Citra ini memang layak masuk 20 film terbaik 2011, selain karena faktor dari negeri sendiri, faktor lain kenapa gw masukin Sang Penari dalam list 20 film terbaik 2011 adalah karena kualitasnya! Mencakup hampir semua aspek, dari mulai cerita, akting hingga setting. Semoga tahun depan semakin banyak film Indonesia seperti ini, namun dengan ide dan kreatifitas yang berbeda tentunya.

6. Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 | David Yates
Sebagai akhir dari franchise yang sudah berjalan selama 11 tahun tentu Yates harus berhasil mengemasnya dengan baik. Dan faktanya Yates berhasil melakukannya, sebuah ending klimaks yang memuaskan untuk semua penggemar franchise sihir ini. Yak, inilah kado spesial dari seorang Yates untuk jutaan penggemar Harry Potter, deretan visual effect yang tak henti-hentinya menghujam sepanjang film, terutama ketika Battle of Hogwarts berlangsung! Satu kata kawan.. EPIC!

5. Midnight in Paris | Woody Allen
Midnight in Paris adalah sebuah film hasil buah pikiran yang gila dari Woody Allen yang kemudian yang di tuangkan dalam skenario. Dari sekaian banyak film Allen baru Midnight in Paris ini lah yang mengambil setting di Paris. Dibintangi oleh Owen Wilson yang senantiasa menghidupkan suasana humor di film ini. Dan di balik itu semua tanpa di sadari Midnight in Paris meninggalkan sebuah pesan moral yakni hidup itu harus di nikmati.. Ya begitulah kira-kira apa yang Owen Wilson ingin sampaikan lewat bahasa tubuhnya.

4. Warrior | Gavin O'Connor
140 menit bertema drama olahraga ini berlangsung, dan selama 140 menit itu juga saya tidak pernah merasa bosan. Hidupnya suasana dan sinematografi yang elegan mungkin menjadi faktor utama. Tapi dari departmen akting Tom Hardy dan Joel Edgernton juga ikut berperan serta dalam menghidupkan suasana, dan sama seperti Moneyball, Warrior juga mampu mengkadarkan olahraga dan drama yang seimbang. Serta scoring yang juga senantiasa mengiringi kita ke drama kelas A dan dengan mudahnya memainkan emosi penonton.

3. Real Steel | Shawn Levy
Ya, Real Steel sudah cukup hebat dengan menyuguhkan kombinasi robotik dan drama, special effect yang tidak terlalu overdone serta skenario yang brilian menjadi faktor utama kenapa gw masukin Real Steel ini ke Top 20. Di sisi lain Real Steel tidak hanya menyuguhkan dialog antar manusia, tapi secara tidak langsung ikut berperan sentral dalam film ini. Juga sentuhan dramatis yang tidak di lebih-lebihkan justru akan membuat kesan natural dalam Real Steel akan semakin melekat. Layak deh gw nempatin film ini di posisi nomer 3.

2. The Help | Tate Taylor
The Help memang bukanlah film tidak terlalu mempersoalkan rasisme, tidak terlalu mengungkit-ungkit susahnya kulit hitam hidup di zaman Ku Klux Klan sedang berjaya. Tapi The Help bisa konsisten pada masalahnya tanpa harus melibatkan sub-plot yang terlalu rumit. The Help memang dirancang pure drama, yang sebenarnya sekali lagi tidak menjadikan rasisme sebagai landasan utama masalah. The Help tetap mampu mempermainkan penonton meski tanpa adegan pembantaian, pembunuhan, penyiksaan kulit hitam. Justru Tate mampu mempermainkan bahkan menyentuh emosi penonton dengan beberapa scene menjelang penutup.

1. Drive | Nicolas Winding Refn
Yak! Ini dia juara satu kita.. Tak lain dan tak bukan adalah Drive. Singkatnya kalau ber-ekspektasi Drive akan banyak adegan kebut-kebutan seperti Fast & Furious Franchise siap-siap kecewa. Drive adalah sebuah drama dengan rentetan violence dan percintaan yang indah di ekskulifkan untuk kalian yang memang benar-benar tau bagaimana indahnya sebuah film. Hampir dari semua aspek Drive tidak memiliki celah, sinematografi, scoring, editing, semua berjalan dengan mulus semulus akting Ryan Gosling disini, dari 3 film Gosling tahun ini aktingnya di Drive lah yang mampu naklukin hati gw hahah tapi belum bisa naklukin hati para juri Golden Globe ternyata.
Read More >>

Racunfilm: So far.. This is The Best 20 Movies of 2011 (Part 1)

20. Kung Fu Panda 2 | Jennifer Yuh

Ya, meski gak bisa dibilang animasi terbaik tahun ini, tapi gw akuin setidaknya Kung Fu Panda 2 mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai sequel. Masih mewariskan aroma komedi dari Po yang di suarakan Jack Black, ditambah balutan format 3D yang memanjakan mata. Well, meski untuk menjadi pemenang masih di pikir-pikir dua tapi Kung Fu Panda 2 layak menjadi kontender Oscar 2012.

19. X-Men: First Class | Matthew Vaughn
Akhir September lalu publik penggemar franchise bertema mutant termasuk saya, cukup di kejutkan dengan rilisnya X-Men: First Class, sebuah prequel dari 2 seri sebelumnya: X2 dan X-Men: The Last Stand. Sebelum film ini di rilis memang sudah banyak yang memberitakan bahwa prequel ini akan jauh lebih epic di banding sequelnya, dan itu semua terjawab ketika Matthew Vaughn yang sebelumnya kita kenal lewat Kick-Ass membuktikannya. Sebuah prequel yang mengesankan! 

 18. Source Code | Duncan Jones
  
Jelas masih terbayang bagaimana Duncan Jones memainkan cerita yang di tulis oleh Ben Ripley. Source Code bukanlah film action biasa yang memengtingkan adegan tembak sana tembak sini lompat sana lompat sini, Source Code adalah film action yang sangat mementingkan unsur akting dan cerita. Briliant namun sayang entah kenapa Source Code ini tergolong film yang mudah dilupakan padahal secara kualitas Source Code sangatlah luar biasa.

17. Mission: Impossible - Ghost Protocol | Brad Bird
 
Masih hangat tentunya di benak penonton dunia, karena memang rilisnya yang mendekati akhir tahun. Wajar kalau ada yang ber-ekspektasi lebih terhadap film ini, karena MI: Ghost Protocol lahir dari sebuah franchise yang sudah mendunia. Dan Tom Cruise kembali membuktikannya, meski sudah dalam usia yang tergolong uzur, Ia membuktikan bahwa Ia masih mampu, terlebih mampu memanjat gedung Burj Khalifa :p

16. Fast Five | Justin Lin
FYI, gw adalah penggemar berat franchise kebut-kebutan yang satu ini, mungkin karena efek gw yang juga menggilai game Racing juga. Sejak seri pertama di tahun 2011 gw udah tergila-gila sama nih franchise. Bagi kalian yang memang penggemar berat franchise ini dari seri pertama, pasti beda rasanya kalau nonton seri kelima ini, kenapa? Karena di seri kelima ini kita disuguhkan sebuah reuni kriminal yang tidak biasa. Di tambah porsi action yang lebih di banding racing-nya meski banyak yang bilang itu cukup menggangu tapi buat gw pribadi fast & furious series malah gak seru kalau balapan terus ahaha.

15. Rango | Gore Verbinski
Meski sebelumnya gw gak terlalu ber-ekspektasi terhadap animasi karya Paramount Picture ini, tapi ternyata Rango sukses menempatkan dirinya sebagai salah satu animasi terbaik tahun ini, terlebih jika mengingat dirinya yang masuk nominasi Golden Globe dalam kategori 'Bet Animated Feature'. Ber-setting ala western pastilah membuat Rango menjadi sebuah animasi yang tidak biasa. 

14. Crazy, Stupid, Love | Glenn Ficarra, John Requa
 Romantic-Comedy yang tidak biasa, itulah kata yang dapat menggambarkan CSL secara keseluruhan. Dengan dibalut komedi cerdas yang di perankan oleh cast-cast yang brilian. Terutama Gosling yang mampu memainkan peran seorang playboy dengan baik, wajar jika aktingnya disini di apresiasi HFPA dengan masuk nominasi Golden Globe 2012 sebagai 'Best Performance by an Actor in a Motion Picture - Comedy/Musical'.


13. The Tree of Life | Terrence Malick
 Terrence Malick memang punya cara tersendiri dalam menggambarkan pohon kehidupan, memperlihatkan kita betapa rumitnya hidup ini, dan Bradd Pitt adalah sosok yang tepat dalam penggambaran itu, mampu memainkan emosi penonton lewat karakternya lewat O'Brien. Gak bisa di pungkiri, The Tree of Life adalah salah satu film paling memorable di tahun 2011 ini, namun sayang untuk menikmati film berdurasi 139 menit ini dibutuhkan mood dan konsentrasi yang lebih.

12. The Skin I Live In | Pedro Almodóvar
 "GILA" adalah satu kata yang bisa menggambarkan The Skin I Live In, sama sekali gak terpikir bakal ada karya foreign language se brilian ini. Plus duet Antonio Banderas dan Alena Anaya yang sepanjang film akan terus menghidupkan suasana, bagaimana Almodóvar mengatur tensi emosi juga patut di apresiasi, well, The Skin I Live In memang layak menjadi nominator 'Best Foreign Language' di Oscar 2012 nanti.

11. The Adventure of Tintin | Steven Spielberg
Sebuah animated CGI yang luar biasa hasil buah karya dua maestro perfilman dunia, Steven Spielberg dan Peter Jackson. Balutan animasi yang tajam karya Peter Jackson serta skenario apik yang di susun oleh Steven Spielberg, hmm.. Sudah sebuah jaminan menonton film ini. Di tambah kita bisa menyaksikannya dalam format 3D, The Adventure of Tintin yang sebelumnya sudah terlihat nyata jadi semakin nyata.

Read More >>