Sunday, December 25, 2011

Review: 50/50 (2011)


Sudah bukan barang asing jika melihat film bertema melawan ganasnya suatu penyakit, mungkin yang paling sering adalah kanker namun setiap film tersebut memiliki gaya penyampaian yang berbeda-beda, Indonesia sendiri memiliki satu dari sekian banyak film yang mengangkat tema memerangi penyakit ganas. Sebut saja Surat Kecil Untuk Tuhan, film-film bertema seperti ini mayoritas menggambarkan sesuatu yang cenderung di anggap berlebihan, dari segi plot pun, menonton satu atau dua film bertema sejenis mungkin untuk selanjut-selanjutnya akan mudah menebaknya, tapi 50/50 tidak bisa di kategorikan film bertema penyakit keras yang biasa-biasa saja, yang umumnya kita sering kita lihat terlalu sering berlarut dalam kesedihan. 50/50 justru menyuguhkan sesuatu yang berbeda dengan kemasan dan desain yang di bentuk 'unik'.

Meski sudah biasa, namun melihat nama Joseph Gordon-Levitt di cast pasti beberapa orang sudah beranggapan 50/50 bukan film biasa. Dan faktanya memang demikian, ceritanya sama seperti film-film bertema sejenis pada umumnya, Adam Lerner (Joseph Gordon Levitt) yang mengidap penyakit kanker, dan as ussual sudah bisa ditebak pasti itu adalah jenis kanker yang langka hahah, Lerner sendiri memiliki kepribadian yang cenderung fun, tidak terlalu memikirkan akan pertaruhan nyawanya dengan kanker ganas. Lerner memiliki orang-orang yang selalu setia disisinya, seperti sahabat 'gila'nya Kyle (Seth Rogen) dan seorang terapis yang sejak awal setia memotivasi Lerner, Katherine (Anna Kendrick).


Ya, meski cerita di 50/50 tidak terlalu rumit tapi Jonathan Levine, sutradara yang sukses membawa The Wackness menjuarai 'Best Drama' di Sundance Festival tahun 2008, berhasil menuntun penonton lewat emosi yang diperagakan lewat bahasa tubuh Joseph Gordon-Levitt. Juga seorang Seth Rogen yang menjadi pen-supply utama tawa bagi penonton, tidak terlalu berlebihan dosis Rogen disini, sebagai selingan Rogen sudah sangat-sangat berhasil menghidupkan suasana dengan banyolan klasiknya. 50/50 sama sekali tidak memperlihatkan kedatarannya, 96 menit durasi Levine sama sekali tidak membuang-buangnya. Bahkan Levine justru membuat alternatif baru sebuah genre yang sebelumnya di cap cengeng. Selain Levitt dan Rogen yang selama film berhasil menghidupkan suasana, 50/50 juga disokong scoring yang sejak awal senantiasa menghidupkan atmosfer dramatis, juga dari departmen sinematografi yang sangat kontras jika di padu padankan dengan drama yang di bumbui komedi klasik.

Selama 96 menit sangat terlihat bagimana Jonathan Levine mengubah film dengan cerita sederhana menjadi film dengan tontonan mengasyikan sepanjang durasi, tentu applause kita berikan kepada peraih nominasi Golden Globe 2012 untuk kategori 'Best Actor in Leading Role - Drama/Musical'-- Joseph Gordon-Levitt. Ya, akhirnya gw tau juga kenapa dia masuk nominasi Golden Globe 2012, setelah sebelumnya hanya dengar desas-desusnya, Yup, akting Levitt memang brilian terutama jika di kombinasikan dengan script cerdas dari Will Reiser dan di eksuksi dengan sinematografi cantik oleh Jonathan Levine. Ditambah sub-plot dengan sang terapis cantik dan konflik dengan istrinya, tentu akan semakin menghidupkan emosi di 50/50, dan hebatnya lagi Levine mampu meng-kadarkan semua konflik agar tetap tampil dengan seimbang.



Levine memang cerdas, gw akui itu, terkadang menyelipkan komedi diantara drama, namum gak jarang kebalikannya, menyelipkan drama diantara komedi. Dan sekali lagi itu porsinya seimbang, membuat penonton gak gampang bosen. Juga sentuhan emosi yang tanpa harus melibatkan embel-embel lebay didalamnya membuat 50/50 tampil sebagai Drama-Comedy terbaik tahun ini! Well. 50/50 memang memiliki gaya tersendiri dalam menyampaikan penyakit aneh Adam Lerner, dengan dibalut kecerdasan screenplay dan plot, 50/50 tampil dengan tidak membosankan dan tidak mudah ditebak. Sebuah alternatif baru untuk kalian yang sudah bosan melihat kecengeng dan kelebay-an film-film bertema serupa.

No comments:

Post a Comment