Saturday, December 24, 2011

Review: The Ides of March (2011)


 Membahas akting Ryan Gosling di tahun 2011 memang gak ada habisnya, a lot of pro and contra. Banyak yang bilang aktingnya overrated tapi banyak yang bilang juga Ryan Gosling adalah benih baru ranah hiburan Hollywood. Kalau sebelumnya Gosling udah meranin pria playboy di Crazy, Stupid, Love serta pengemudi talk less do more di Drive kini di The Ides of March, Gosling kembali menjadi sosok yang berbeda, menjadi seorang Manajer Kampanye Junior untuk calon orang nomer 1 di Amerika. Akting Gosling disini juga mendapat apresiasi dari HFPA dengan dirinya yang masuk nominasi 'Best Actor' di Golden Globe 2012. Bersaing dengan atasannya di The Ides of March, Goorge Clooney.

The Ides of March bercerita tentang seorang idealis bernama Stephen Mayers (Ryan Gosling) yang berkutat dengan masalah kampanye-nya dengan calon orang nomor 1 di Amerika, Governor Mike Morris (George Clooney). Berhadapan dengan lawan tangguh dari partai oposisi yakni, Ted Pullman (Michael Mantell). Pembuktian keduanya akan segera di akhiri di Ohio, jika saja Morris unggul di Ohio maka pemilu sudah bisa dipastikan adalah miliknya, namun jika sebaliknya Pullman unggul di Ohio, tentu pemilu juga akan menjadi miliknya. The Ides of March tidak lantas berbicara tentang megahnya panggung politik Amerika, di sisi lain The Ides of March juga menceritakan dibalik semua kemegahan itu. Hadirnya Molly Stearns (Evan Rachel Wood) seorang pemecah konsentrasi Steve di sisi lain juga memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kampanye Morris. juga kehadiran Paul Zara dan Tom Duffy (Philip Seymour Hoffman dan Paul Giamatti) yang hadir melengkapi kontroversi antara Steve dan Morris.


 Di arahkan langsung oleh seorang aktor peraih Oscar 2006 yang kini merubah haluannya menjadi seorang sutradara, George Clooney. Sejauh ini Clooney sudah menghasilkan 4 film (termasuk The Ides of March). Jika melihat akting Clooney di depan layar pasti publik sudah terbiasa dengan kelihaiaannya, namun apakah di balik layar akan sama? Well, Jika melihat Leatherheads (2008) tampil tidak terlalu buruk, kali ini dengan screenplay garapannya bersama Grant Heslov, dengan bumbu-bumbu politik yang biasanya orang hanya melihat sisi luarnya kali ini Clooney membawa penonton merasakan bagian dalam dari ganasnya politik Amerika *lebay*. Oh ya sudah menjadi ciri khas juga ya, film yang di sutradarai Clooney dan Clooney sendiri menjadi cast di film tersebut.

Menurut gw pribadi sih, gak ada yang terlalu spesial di The Ides of March selain akting brilian Ryan Gosling, masih terbayang-bayang akting dingin doi di Drive, dan di The Ides of March, meski Gosling tidak sedingin di Drive, tapi untuk kriteria seroang juru kampanye muda yang idealis Gosling sudah mampu kembali menghadirkan akting cool-nya. Meski sudah di sokong screenplay juara tapi tetep aja gw ngerasa Clooney kurang mampu nyampeinnya. Cenderung terlalu terburu-buru bahkan. Akting Clooney sendiri disini juga kurang mendapat porsi, yang gw liat Clooney malah asyik sendiri nonjolin Gosling. Ya, meski gak mendapat porsi setara dengan Gosling tapi overall akting Clooney dari segi kualitas setara kok sama Gosling. Sebuah kombinasi hebat melihat 2 aktor yang tahun ini sedang bersinar dan yang mencoba kembali bersinar beradu akting di satu film.


The Ides of March juga menuntut penontonnya untuk serius, terlihat dari dialog-dialog tajam yang disuguhkan, bahkan kunci cerita The Ides of March selain ada di screenplay juga ada di dialog. Dan lagi-lagi, gak bermasuk overrated terhadap Gosling, tapi akting doi emang brilian disini gak heran kalo masuk nominasi Golden Globe. Sukses banget meranin karakter dengan dialog berbelit, ngingetin gw sama Jesse Eisenberg di The Social Network tahun lalu. Juga selipan drama, yang sebenernya potensial menaikan tensi cerita menjadi lebih thrilling, tapi gak terlalu di tonjolin Clooney. The Ides of March juga cenderung mempertunjukan tata sinematografi yang elegan, memperlihatkan sisi glamour dari politik Amerika. Clooney juga gak terlalu macam-macam dengan kesuksesannya di pemilu, karena The Ides of March memang tidak mutlak berbicara tentang kesuksesan seorang juru kampanye junior dalam mensukseskan calon presiden Amerika, tapi lebih ke polemik internal dalam kesuksesan itu sendiri. Yes, meski The Ides of March belum terlalu bisa naklukin hati gw lewat eksekusi cerita, tapi untuk ketiga kalinya Gosling kembali bisa naklukin hati gw dengan kini menjadi seorang politikus naif di The Ides of March.

1 comment: