Sunday, December 18, 2011

Review: Spy Kids: All the Time in the World (2011)


Spy Kids, hmm.. Kayaknya udah bukan kata yang asing. Identik dengan gadget-gadget yang 'super' canggih. Tidak seperti Spy Kids (2001), Spy Kids: The Island of Dream (2002) dan Spy Kids 3-D: Game Over (2003) yang lebih memfokuskan ceritanya ke Carmen Cortez (Alexa Vega) dan Juni Cortez (Daryl Sabara), kini Spy Kids 4 membentuk generasi baru dari Spy Kids, vakum selama 8 tahun tentu membuat Alexa Vega dan Daryl Sabara bertambah usia. Robert Rodriguez yang masih setia menggarap frachise 4 seri ini harus teruji kemampuan mengolah ceritanya, bagaimana membuat era baru Spy Kids dengan jarak 8 tahun dari seri sebelumnya, tentunya tanpa membuat penonton asing dengan semua karakter yang disuguhkan. Setelah sukses dengan 3 franchise sebelumnya, Robert Rodriguez kini hadir dengan sebuah inovasi baru yang sebelumnya belum pernah saya rasakan, sebuah inovasi yang memaksa penonton menikmati wewangian bernama aroma scope, aroma scope terdiri dari angka 1 sampai 8, nantinya di layar akan tertulis sebuah angka dan penonton dipaksa menggosok angka yang tertulis ke hidung, kalau buat gw pribadi itu cukup annoying tergolong 4D yang gagal bahkan, penonton mesti cekatan ngeliat nomernya kalau aja adegan udah gak singkron mungkin jadinya fail, penonton jadi gagal ngerasain apa yang karakter rasakan.

Spy Kids 4: All the Time in the World atau kita ringkas Spy Kids 4 dibuka dengan adegan Agent Marrisa Wilson (Jessica Alba) Marrisa adalah keponakan dari Carmen Cortez, oh ya ngomong-ngomong dia ini karakter baru ya, sama sekali gak ada penjelasan who is Marrisa diawalan film. Lanjut, Marrisa adalah agen OSS yang saat dalam masa pra-pensiun, dan dalam masa pra-pensiunnya itu Marissa ditugaskan untuk memata-matai penjahat kelas kakap bernama Tick-Tock (Jeremy Piven), penjahat yang berhasil membuat ala pemberhenti waktu. 10 menit pertama, Spy Kids 4 sudah menyuguhkan adegan kejar-kejaran yang sebetulnya memaksa penonton untuk tertawa, namun sepertinya itu gagal, paksaan-paksaan lewat dialog yang terkesan tajam sama sekali tidak terasa. Rodriguez terkesan tidak basa basi di awalan film, terus menggebrak dengan rentetan karakterisasi dengan dialog antar karakternya yang mudah dicerna. Mulai mengenalkan 2 anak tiri Marissa Rebecca dan Cecil Wilson (Rowan Blanchard dan Mason Cook) yang sangat membenci Marissa, mulai mengenalkan suami Marissa, Wilbur Wilson (Joel McHale) yang disibukan dengan acaranya "Spy Hunter".

 
*comeback-nya Carmen dan Juni Cortez*

Puas, dengan segelintir karakterisasi yang disampaikan dengan tenang, Rodriguez memulai jalan ceritanya dengan dipanggilnya kembali Marissa ke OSS, Marissa kali ini dituntut meladeni geng pencuri waktu atau kita sebut Time Keeper, yang di duga masih ada keterkaitannya dengan Tick-Tock. Rodriguez juga mulai membangun sub-plot dengan masalah-masalah internal keluarga Marissa. Dan lagi-lagi action yang dibuat lucu oleh Rodriguez seolah-olah menginginkan penonton untuk terawa hasilnya adalah gagal, untuk kesekian kalinya penonton gagal merasakan apa yang karakter rasakan, peran aroma scope pun tidak bisa membantu banyak, penempatannya yang terbilang salah, justru di bagian datar yang rata-rata dihabiskan penonton untuk berhalusinasi apa yang akan terjadi selanjutnya, aroma scope justru ditempatkan. Terlepas dari penempatannya wangi aroma scope juga sebenarnya gagal memvisualisasikan apa yang karakter rasakan. Terkadang saya malah berfikir wangi aroma scope-nya dilebih-lebihkan.

Akting Jesicca Alba disini memang tidak lebih baik dari film-filmnya yang lain seperti, di Spy Kids ini Jessica kurang terlihat menjiwai dengan karakter spy beranak 3. Cerita yang disampaikan cepat dan tergolong instan juga jadi salah satu faktor yang membuat Spy Kids 4 tampil dengan tidak lebih baik dari prequel-prequelnya terlebih melihat di sini kita di suguhkan the new generation of spy kids, dan faktanya meski dibuat di era visual effect sedang berjaya, Spy Kids 4 justru tampil dengan minim visual effect, hanya memanfaatkan gadget-gadget canggih yang sebetulnya tidak cukup untuk kategori film ber-genre di tahun 2011 dan perkelahian konyol yang di desain memang untuk di tertawakan. Dan jangan lupakan peran seorang anjing super yang bisa bicara yang sepanjang film sering kali melontarkan celotehan-celotehan uniknya.


Ya, meski udah di bantu dengan aktir sekelas Jessica Alba, tapi teteap aja Spy Kids 4 ini gak sebaik prequel-prequelnya yang hanya bermodalkan visual effect dan akting dari Alexa Vega dan Daryl Sabara. Untuk bagaimana the new spy kids di film ini, tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk, Rowan Blanchard dan Mason Cook sudah cukup menjiwai peran mereka masing-masing, bahkan kalau boleh jujur lebih menjiwai dari peran Jessica Alba sebagai ibu tiri mereka, dan meski sudah dibantu juga dengan tekonologi 4D tetap saja tidak akan memperbaiki esensi Spy Kids yang diseri keempatnya ini terasa hilang. Well tidak seperti franchise sebelumnya yang cukup memorable di ingatan kita, mungkin kali ini Spy Kids 4 walau sudah dengan terobosan 4Dnya dan comeback-nya Carmen dan Juni Cortez dengan situasi dan kondisi yang berbeda tidak bisa se-memorable seri sebelumnya, bahkan condong mudah dilupakan.

1 comment: